:

Kamis, 25 April 2013

Resensi Novel Lari Gung!! lari


BAHASA INDONESIA

RESENSI NOVEL
 

 


 

Niken Imroatun Sholikhah

(19 / XI IPA 4 )

 

 

SMA Negeri 2 Purworejo

2012/1013

Resensi Novel

Lari, Gung ! Lari !

Oleh Mahfudi Ikhwan

 

1.      IDENTITAS BUKU

Judul                            : Lari, Gung ! Lari !

Penulis                         : Mahfud Ikhwan

Jenis kertas                  : kertas putih (HVS)

Kategori                      : Biografi

Bahasa                         : Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa

Penyunting                  : Sri Mintarjo

Pencatat skrip              : Giyarto

Perancang kulit            : Sidik Purnomo

Perwajahan                  : Dinnia Fachryza Ulfa

Penyelaras akhir          : N. Saliro, Sri Sugiyarti

Pemimpin produksi     : Eni Anjayani

Penerbit                       : PT Sunda Kelapa Pustaka

Tahun terbit                 : 2010

Tebal buku                   : 268 halaman

Cetakan ke                  : 1

ISBN                           : 979-3632-88-9

 

 

 

 

 

2.      Analisis Cerita

·         Unsur Intrinsik

Tema                          : Biografi tokoh olahraga

“Akhirnya, perbincangan kami menelurkan ide bagaimana kalu menerbitkan biku biografi tokoh olahraga, dalam hal ini bografi Suryo Agung Wibowo yang baru saja memecahkan rekor nasional nomor lari 100 meter yang sudah bertahan selama 20 tahun.”(hlm 8)

Alur                            : Maju

Sudut pandang          : Orang ke tiga serba tahu

“Sejak awal, partai final itu sudah tak menyenangkan baginya.”(hlm 3)

                        Bahasa                        : Indonesia, bahasa sehari-hari

Amanat                      : Tetaplah bersemangat untuk meraih mimpi, walaupun   jalan yang ditempuh itu penuh tikungan dan halauan menghadang.

Tokoh & penokohan :

Ø  Suryo Agung Wibowo

Pengkhayal (hlm 15)

“sepulang dari mendaftar ke Pak Pengkor, Agung mulai membayangkan dirinya menjelma menjadi Claudio Caniggia.”

Mandiri (hlm 203)

"“Aku tidak mau tinggal di rumah mertua,” bilang Agung.”

Ragu-ragu (hlm 213)

“Agung mematung sebentar, memandang lebih tajam dari sebelumnya ke nomor rekening asing yang ada di kertas yang tengah dipegangnya. Lalu, dengan hembusan napas berat, akhirnya menggumamkan suara.”

Keras kepala (hlm 198)

“Dengan atau tanpa restu ibu, saya akan tetap menikahtahun ini.”

 

Ø  Ibu Agung

Pengertian (hlm 19)

“Pada akhhirnya, seperti semua ibu budimandi seluruh dunia yang tak membiarkan dirinya memenangkan pertarunganmelawan anaknya, sang ibu pun mengijinkannya.”

Pelindung (hlm 200)

“Seorang ibu dengan nalurimelindungi yang sedikit lebih besar macam punya ibunya Agung, memang cukup pantas untuk khawatir dengan pernikahan anak bungsunya,”

 

Ø  Anjar

Tidak mudah menyerah (hlm 183)

“namun gadis ini tenyatatak menyerah.”

Tegas (hlm 212)

“”Kembalikan saja,” begitu tanggap Anjar. Pelan tapi jelas tegas.”

Tegar (hlm 215)

“Berbeda dengan suaminya yang masai, Anjar tampak sangat tegar (atau, lebih tepat kiranya jika disebut gagah perkasa).”

 

Ø  Bapak Agung

Memanjakan anak (hlm 14)

“Dari bapaknyalah dia mendapatkan sepasang sepatu sepak bola dengan pul 16 dan sejumlah uang pendaftaran.”

 

Ø  Kakak Agung

Penyayang (hlm 6)

“Sang kakak yang tak ingin si kecil benar-benar menyengatkan lebah di ubun-ubunnya terpaksa menjelaskan lebih jernih tentang asal muasal rambut pirang.”

 

Ø  Wawan

Cerdik (hlm 41)

“Wawan mulai bisa menyimpulkan kalau striker cepat tak harus dilawan dengan kecepatan pula.”

 

Ø  Putri

Pemalu (hlm 47)

“”Selamat ulang tahun kessebalas Gung,” Ucap Putri denagn lirih, dengan wajah bersemu malu, namun berbinar lega.”

 

Ø  Pak Pengkor

Keras (hlm 102)

“Agung suka cara melatihnya yang keras ...”

Setting tempat            :

Ø  Lapangan bola

“... ia menyertai kakaknya menuju lapangan bola.” (hlm 5)

 

Ø  Stadion Halaman Belakang Garasi Bus Adil Makmur Sentosa

“Stadion Halamn Belakang Bus Adil Makmur Sentosa memang menyenangkan.”(hlm 11)

 

Ø  Di jalanan

“Di jalanan, kamu bisa langsung main tancap, langsung sikat ...”(hlm20)

 

Ø  Sriwedari

“Lagi pula, dari tempat mereka dijemput hingga Sriwedari hanya memakan sepulih menit saja.”(hlm 36)

 

Ø  Di sekolah

“Besok di sekolah akan aku kasih lihat ke kamu bukunya,”(hlm 54)

 

Ø  Di koridor

“Setengah jam kemudian, kerumunan yang ribut di lapangan telah berubah menjadi ketegangan yang penuh kesunyian di koridor rumah sakit.”(hlm 57)

 

Ø  Banyuanyar

“... ia punya rencana untuk jalan-jalan keliling Banyuanyar.”(hlm 107)

 

Ø  Di depan SD

“Kita ketemuan di depan SD kita, ya ?”(hlm 107)

 

Ø  Depan rumah Wawan

“... keduanya melewati depan rumah yang dulu jadi tempat Wawan dan bapaknya tinggal.”(hlm 110)

 

Ø  Di Purwokerto

“... ia masih tinggal di Purwokerto” (hlm 167)

 

Ø  Hanoi, Vietnam

“... sebalum berlaga di Hanoi di penghujung tahun.”(hlm 166)

 

Ø  Semarang

“... sebab kosnya di Semarang tak beerjarak jauh dengan kos kakaknya ...”(hlm 167)

 

Ø  Solo

“Karena sakit itu, ia mesti tergolek seminggu penuh di rumah sakit di Solo.”(hlm 172)

 

Ø  Pinggir lapangan

“Agung mendapati Anjar beerdiri di pinggir lapangan.”(hlm180)

 

 

Setting waktu              :

Ø  Sore hari

“Sore hari setelah final dini hari yang tidak menyenangkan itu, ...”(hlm 5)

 

Ø  Waktu isya

“... saat Agung pilang melewati waktu Isya ...”(hlm 39)

 

Ø  Siang hari

“... jelang jam dua siang ia akan izin untuk keluar bermain ...”(hlm 17)

 

Ø  Malam hari

“Itu mungkin tidur terpulas sejak malam-malam pertama perkawinannya.”(hlm 215)

 

Setting sosial               :

Ø  “Sudah berapa kalli dibilang ? Pulang dulu, baru main ...”(hlm 10)

Ø  “Berarti uang itu juga bellum resmi menjadi milik kita. Itu masih uang titipan. Uang titipan tidak boleh dipakai, kan ?”(hlm 209)

Ø  “Kemballikan, nanti akku temani ke bank,”(hlm 213)

Ø  “kalu begitu, ya sudah. Mas Agung disini saja, biar saya yang pindah”(hlm 220)

 

 

·         Unsur Ekstrinsik

 

Mahfud Ikhwan mulai menulis sejak tahun-tahun awal kuliah, tulisan-tulisan awalnya kebanyakan berupa cerpen dapat ditemukan di Annida, Minggu Pagi, Jawa Pos, Kompas, beberapa media komunitas, dan di beberapa kumpulan cerpen independen. Novel pertamanya, Ulid Tak Ingin ke Malaysia (JB Publisher), terbit pada 2009. Buku ini adalah novel keduanya.

Bahasa yang digunakan terpengaruh dengan bahasa Jawa, dan unsur sosialnya juga terpengaruh oleh budaya Jawa serta kebudayaan Islam.

 

 

 

 

 

·         Kelemahan dan kelebihan buku

 

Ø  Kelemahan :

§  Kuranng adanya fariasi gambar.

§  Tulisan masih ada yang salah.

 

Ø  Kelebihan :

§  Bahasa mudah dimengerti.

§  Kertas tidak buram.

§  Diselingi dengan gurauan si penulis.

§  Di tulis apa adanya.

 

·         Rangkuman

 

Mahfud Ikhwan adalah taman masa kecil Suryo Agung Wibowo dan ia yang menulis novel tentang kehidupan Agung ini. Mahfud Ikhwan juga seorang wartawan yang sangat tergila-gila dengan sepak bola.

Novel ini berawal seorang bocah kecil yang bernama Agung yang mengidolakan Claudio Caniggia seorang striker tim nasional Argentina pada era 90-an.  Agung berkeinginan untuk dapat bermain di lapangan hijau seperti idolanya itu. Kemudian peerjuangan Agung mulai di mulai dan akhirnya dia memilih atletik untuk menjadikannya jalan kesuksesan. Hingga Agung rela untuk berjualan roti di stadion Manahan.

            Walaupun tidak adanya ilustrasi yang mendukung cerita dalam novel tersebut, cerita tersebut tidak terkesan monoton karena kemampuan penulis memaparkan cerita ysng disertai gurauan-gurauan.

Tokoh protagonis dan antagonis jelas dengan percakapan antar tokoh. Tokoh Agung merupakan tokoh utama yang mempunyai sifat keras kepala dan beerkemauan keras serta dalam menggapai cita-citanya.

Cerita dalam novel ini penuh inspirasi dan motivasi yang tinggi, karena kisah  perjuangan hidup Agung dari nol hingga dapat memperoleh rekor keramat lari 100 meter se-Asia Tenggara.

Sudut pandang serba tahu yang digunakan dalam novel juga mendukung keseluruhan cerita. Sang penulis yang bertindak sebagai seorang pengamat membuat kejadian dalam novel ini ikut tertuang dalam penggunaan sudut pandang ini. Hal inilah yang mendukung alur dan latar. Watak Suryo Agung Wibowo menjadi sangat jelas bahkan sifat manusia yang dimilikinya degan mengetahui dialog antar tokoh dan sudut pandang yang digunakan oleh penulis.

Novel ini syarat dengan amanat bahkan dapat disebut sebagai pengalam hidup. Adapun amanat novel ini adalah Tetaplah bersemangat untuk meraih mimpi, walaupun   jalan yang ditempuh itu penuh tikungan dan halauan menghadang. Agung rela dan tidak malu berjualan roti di stadion Manahan serta berkali-kali gagal memperoleh medali emas di Sea Games.

Namun novel ini juga mempunya kekurangan yaitu kertas tang polos tidak ada corak apapun dan gambar ilustrasi yang dapat mendukung isi cerita tersebut, tetapi percakapan antar tokoh yang mudah dimengerti dapat membantu pembaca untuk mengerti isi cerita dalam novel.

 

 

3.      Lampiran

 

·         Sinopsis

 

Bermula dari mengagumi Claudoi Caniggia yang seorang striker tim nasional Argentina, Agung Suryo Wibowo ingin menjadi menjadi seorang striker handal. Agung pun keranjingan bermain bola setiap hari, hingga ibunya marah karena dia tidaak ikut mengaji karena bermain bola hingga sore.  Agung ingin masuk ke klub sepak bola, bukan sekedar main-main bersama teman-temannya tapi benar-benar menekuni sepak bola. Akhirnya pun dia meminta untuk dibelikan sepatu sepak bola, tetapi ibunya menolak. Lalu dia pun beralih kepada ayahnya, karena ayahnya juga penggemar sepak bola maka Agung pun dibelikan sepatu sepak bola dan di daftarkan klub sepak bola yaitu STROg, klun asuhan Pak Pengkor. Tetapi untuk yang satu ini ayahnya melarang Agung untuk menceritakan itu semua dari ibunya. Tapi selang beberapa hari ibunya pun tahu, tetapi dasar Agung tetap saja bermain bola dan ibunya pun mengijinkan asal tidak bolos ngaji.

Agung pun menjadi striker yang memanfaatkan kecepatan berlarinya dan kelentingannya melompat, sehingga lawan-lawannya dalam lapangan pun kerepotan untuk menandinginya.

Hingga dia menjatuhkan pilihannya di sepak bola sebagai jalan masa depannya. Tapi dia gagal dalam beberepa seleksi masuk persatuan sepak bola. Dia pin patah semangat, hingga suatu hari dalam pelajaran olahraga di sekolahnya di tantang olah guru olahraganya untuk dapat melompat melebihi 170 cm. Dia pun dapat memangkan tantangan itu.

Ternyata tantangan tersebut adalh jalan yang dibukakan Tuhan untuknya. Dia di kirim untuk mewakili sekolahnya dalam lomba Popda atletik yaitu lompat tinggi. Akhirnya dia memperoleh juara satu, hingga dia dipilih untuk mewakili Ja-Teng di PON dalam cabang olahraga atletik limpat jauh dan lari. Dia pun menyabet medali perak. Agung pun akhirnya menekuni Atletik tersebut untuk persiapan maju di Sea Games.

Tapi kegagalan baekali-kali membuat ia jatuh bangun, Agung mengalami cedera sehingga ia pun gagal untuk memperoleh emas di Sea Games. Agung pun memutuskan untuk tidak lagi bermain atletik. Hingga pemikiran terssebut di ubah ileh seorang gadis yang bernama Anjar seorang atlet silat, yang akhirnya menjadi istri Agung.

Agung dan Anjar pun menikah, di saat-saat pernikahan yang muda terssebut ada kalanya mereka kesulitan uang. Karena Agung gagal di rekrut untuk ikut dalam kontingen Kalimantan Timur,  maka ia pun rela berjualan roti di stadion Manahan untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari, biaya kulianya dan biaya bersalin istrinya.

Akhirnya dia pun dipanggil untuk maju di Sea Gamesyang bertempat di Laos Vietnam. Dia memperoleh rekor baru dengan waktu 10,17detik. Di saat yang bersamaan, istrinya melahirkan seorang bayi perempuan yang di beri nama Salwa.

Menyadari tak akan selamanya disa berkarier di dunia atletik,Agung sangat mementingkan pendidikan. Ssetelah menamatkan jenjang pendidikan S-1 pada Jurusan Ilmu Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga, Universitas Negeri Semarang, pada tahun 2007, ia melanjutkan ke jenjang S-2 di Universitaas Negeri Jakarta untuk belajar Manajemen Olahraga. Sejak 2009, Agung diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Pemuda dan Olahraga. Agung kini tinggal di Jakarta bersama istrinya, Astatik Anjarwani, dan dua putrinya, Salwa dan Seila.

 

 

 

 

                       

 

 

Rabu, 24 April 2013

I AM


Nama saya Niken Imroatun Sholikhah. Sekolah di SMAN 2 Purworejo kelas XI IPA 4.
Kemampuan biasa aja, tapi punya buanyak temen....
Saya menggunakan bahasa ngapak, karena saya lahir di Kebumen pada tgl 25 Oktober 1995.
Temen2 sering mengejek krn saya pendek, tapi memang keyataan siy...
saya bersyukur dengan apa yang Allah beri pada saya, itu yang terpenting.

Jumat, 12 April 2013

The Owner


Nama              :Yeni Rahmayanti
Pekerjaan       :Pelajar
Alamat            :Ds. Wironatan , Butuh , Purworejo
TTL                 :Purworejo , 16 Oktober 1996
Hobi                 :Baca buku Pengetahuan
Cita- Cita        :Akademi Keperawatan S2 di UGM
Zodiac             :Libra
Status             :Lajang


 
Nama              :Tio Sasmita Dewi
Pekerjaan       :Pelajar
Alamat            :Ds. Bandungrejo, Bayan , Purworejo
TTL                 :Purworejo , 23 Februari 1996
Hobi                :Nonton Televisi
Cita- Cita        :Pengusaha/Penerjemah
Zodiac             :Pisces
Status             :Lajang

Kamis, 11 April 2013

Data Diri

Nama : Niken Imroatun Sholikhah
TTL   : Kebumen, 25 Oktober 1995
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Pelajar